Sekarang, Saatnya Mengubah Dunia!

>>>>>> <<<<<< ****** Tidak Ada Yang Gratis DI Dunia, TEBUSANNYA ADALAH PENGORBANAN, KESUNGGUHAN, DAN YANG UTAMA IMAN

Malam berkabut

Jumat, 08 Juni 20121komentar

Malam berkabut
Senja terus merambat, menukik bagaikan burung cabak yang bernyanyi riang ketika malam mulai menyapa. Bulan temaram berwarna merah dari balik kaki langit sebelah timur. Ukurannya terlihat besar, mungkin garis peredarannya pada saat jaraknya dekat dengan bumi.

Aku mulai beranjak dari warung Yu Imah, aku pamitan pulang pada Parman dan Heri yang masih menyeruput kopinya. Saatnya pulang, ibuku pasti telah menyediakan makanan plus cuci mulutnya. Apalagi, bajuku juga masih baju kerja di PT Gunung Tepung. Sejak sore sebenarnya sudah pulang, tapi sudah kebiasaan aku baru pulang karena perjalannya cukup jauh dari rumahku.

Sejak berdirinya pabrik singkong yang besar di kecamatan itu, banyak masyarakat di desa-desa sekitarnya yang langsung bekerja meskipun hanya menjadi buruhnya saja. Aku satu-satunya dari desaku yang bekerja disana di bagian administrasi karena aku lulusan sarjana. Setelah pulang aku baru sampai di warung yu Imah sudah pukul 20.00 yang letaknya di ujung perbatasan sebelum desaku, biasanya aku mampir dulu hingga agak malam untuk mengobrol dan meminum kopi.

Aku melangkahkan kakiku…, inilah yang paling aku benci dari bagian hidupku tiap harinya. Melewati sebuah barisan perdu, di malam hari. Selain aku mungkin tidak ada lagi yang berani melewatinya di malam hari. Dan saat ini, aku harus melewatinya lagi.

*     *     *
Bulan temaram di ujung timur, letaknya mulai meninggi. Alangkah indah jika bulan itu dilihat dari gunung everest di Himalaya? Senyumku terukir menatap bulan, walau sebenarnya hanya untuk mengalihkan konsentrasiku karena langkahku mulai memasuki kawasan rawa barisan perdu.

Temaran bulan membias, menyisakan bayangan tembus di antara reranting bambu yang rapat. Menyisakan cahaya yang berkabut putih menyorot. Sedikit memudahkan jalanku. Bulu kudukku mulai remang, walau aku memikirkan sesuatu yang lain. Sebuah hembusan semilir, bagaikan lesatan bayangan. Tanpa sadar aku menoleh ke belakang, refleks.

Tidak ada apa-apa. Aku kembali menembus sorot bulan berkabut. Inilah susahnya bekerja di pabrik, berangkat pagi pulang kemalaman. Dasar sial! Aku merutuki diri sendiri tetapi sebenarnya untuk mengalihkan perhatianku saja.
Perdu bambu itu di belah menjadi jalan dan ada rawa yang membentang sehingga dibuat jembatan. Dulu, tanah ini milik mbah Darmo. Setelah beliau meninggal, tanahnya tak terurus sehingga masyarakat memanfaatkannya. Membelah tanaman bambunya untuk jalan, karena lebih dekat sebagai terobosan dan kini menjadi jalanan umum.

Itulah masalahnya, sebuah cerita yang katanya dijamin kebenarannya mengatakan. Saat ada orang yang lewat disana dia didatangi arwah mbak Darmo, orang itu sakit selama satu minggu. Dia bercerita bahwa arwah mbak Darmo minta sesajian setiap malam jumat kliwon dan melarang bambunya dibersihkan.
Hingga kini, rumah bekas mbah Darmo yang terletak di dalam rerimbunan bambu dijaga langsung oleh pak Lurah. Jika ada orang yang terpaksa lewat disana pasti membunyikan klakson motornya meminta izin, atau mengatakan, ”Permisi mbah, kulo numpang lewat.”

Tapi, aku tak percaya dengan itu semua. Walau, aku pernah beberapa kali lari terbirit-birit ketika lewat tapi lebih kupahami itu jin iseng. Karena aku kenal betul siapa mbah Darmo yang rajin dalam sembahyangnya, dan aku malu padanya shalatku saja sering bolong. Mana mungkin, orang yang rajin ibadah arwahnya mengganggu orang lain?

”Hhhhhhhhhh...” suara itu lagi? Kakiku sudah gemetaran tak terkendali, keringat basah di telapak tanganku, bulu kudukku seolah berdiri setinggi pohon. Aku salah dengar! Aku salah dengar! Aku meyakinkan hatiku.
”Hhhhhhh..., hhhhhhhhh..., hhhhhhhhhh,” sebuah bayangan hitam, seolah memakai jubah. Berkelebat di sebelah kiri dan diantara rerimbunan bambu, wajahnya nampak bercahaya putih. Lalu menghilang di balik bambu yang rapat. Kini, tak lagi salah. Aku lari terbirit-birit. Sambil berteriak-teriak. Syetan yang baik! Jangan ganggu aku! Jangan ganggu aku! Aku anak baik!

Aku kelelahan sampai di rumah. Dasar syetan kurang ajar!  Pintu terbuka, ibu menatapku penasaran, ”Kamu diganggu syetan lagi?”
Aku hanya menggangguk, sambil ngos-ngosan. Aku duduk di kursi depan rumah, ibu beringsut masuk dan keluar membawa air putih, ”Jangan bilang kalau arwahnya mbah Darmo, beliau itu orang baik. Kamu juga sih, seperti anak kecil! Sama syetan saja takut. Kenapa tidak kamu lempar saja dengan batu biar dia tidak ganggu kamu lagi.”

Aku meminum air putih hingga habis. Ibu menatapku, ”Ada apa sebenarnya di balik misteri desa ini? Mungkin semuanya harus diungkap agar masyarakat tidak ketakutan dan berbuat syirik seperti ini. Apalagi, mereka memfitnah arwah mbah Darmo yang baik itu. Kau tahu Le, dia dulu yang selalu membantu Ibu ketika membiayai sekolahmu, beliau tak punya anak dan isterinya telah meninggal makanya hasil kerjanya untuk biaya sekolahmu,” aku terperanjat mendengarnya.
“Benarkah Bu?”
Hanya diamnya yang kudapat selain menyapu airmatanya.

*     *     *
Malam itu, aku menyiapkan sebuah pemukul kayu yang kuselipkan di dalam bajuku. Temaram bulan terlihat, kabut menipis menambah keseraman desa. Aku ingin menghajar syetan itu jika dia berani lagi menggangguku.
Di tengah rerimbunan itu aku berhenti, bulan terlihat dari celah bambu yang renggang ke atas. Lumayan gelap dan temaram. Aku menguatkankan pijakan kakiku walau masih gemetaran. Bulu-bulu di tengkukku mulai meremang.

“Keluar kau syetan pengecut!” entah kata-kata itu datang dari mana, entah ada kekuatan apa. Di antara kabut yang temaram dari sinar bulan, aku menengok ke kanan dan kiri. Seperti ada kelebatan di belakangku, dan dibelakangku lagi. Bayangan hitam.
Tiba-tiba hening semuanya, suara lolongan srigala semakin membuatku bergidik dan dari balik bambu yang rimbun tiba-tiba mencuat cahaya terang.

“Sye.., Syetan!” Jantungku seolah berhenti sepersekian detik, angin semilir kematian seolah berada di leherku kini. Sepotong kepala bercahaya, putih dan mengerikan. Aku tak kuasa menahan kakiku lagi.
Aku berlari sekencang-kencangnya, menabrak bambu yang menjorok ke jalan, kepalaku terbentur bambu itu. Aku terjengkang ke belakang. Langsung berdiri kembali dan berlari sekencang-kencangnya. Suara tawa menyeringai, mengerikan dari belakangku seperti ringkikian kuda, seolah nyawaku akan disedotnya.
Aku berhenti di ujung rimbun bambu, desa sudah terlihat di depan mata. Aku lemas berjongkok seperti orang rukuk di pinggir jalan, nafasku kembang kempis. Aku mengatur nafasku, suara ringkikan itu hilang.

“Huffff!” aku sedikit lega.
“Apm!” aku hendak berteriak sekencang-kencangnya ketika dua belah tangan mendekap mulutku tiba-tiba. Aku meronta-ronta.
“Diam Ded! Diam dulu! Pelankan suaramu,” suara yang tak asing. Suara Ibu. Aku melirik sedikit. Benar, ternyata ibu yang membekab mulutku.
“Kenapa Ibu disini? Mengagetkan saja.”

Dari balik pohon keluar lima orang, mereka ketua RT dan beberapa tetanggaku. Ibu duduk dan menceritakan bahwa sore tadi dia bersembunyi disini, ternyata ada tiga orang yang mengendap-endap ketika ba’da maghrib. Dua lelaki dan satu wanita. Mereka memasuki rerimbunan bambu, Ibu terus mengikuti mereka.
Sesampainya di rumah mbah Darmo, lelaki yang satu dan perempuan masuk ke dalam rumah bekas mbah Darmo dan yang satunya melumuri wajahnya dengan masker putih, dengan senjata senter. Ibu curiga dan akhirnya meminta pak RT dan tetangga-tetangga untuk kemari lagi.

“Kamu tahu siapa yang mengendap-endap ke rumah mbah Darmo?” aku hanya menggeleng, “Dia adalah Pak Lurah.”
Aku kaget. Pak Lurah?, “Tapi, yang menceritakan bertemu dengan arwah mbah Darmo kan Pak Lurah? Dan dia yang diminta mbah Darmo untuk menjaga rumahnya?”

Kami akhirnya kembali masuk ke rerimbunan bambu, langsung menuju rumah peninggalan mbah Darmo. Di antara rerimbunan bambu dan kabut malam, di depan rumah gubuk itu seorang sedang memegang senter dan mondar-mandir. Kami tak sabar dan menggerebeknya, wajahnya putih ditutupi masker. Ternyata di Padmo! Dia mengaku, bahwa dia yang menakuti-nakuti warga yang lewat di jalan itu, termasuk aku.

Kami mendobrak pintu gubuk, dan dua orang yang sedang bercumbu bagai binatang itu tersentak kaget dan ketakutan. Pak lurah dan Mala, si bunga desa. Ternyata selama ini? Kami menyeret mereka di tengah-tengah kampung dan membunyikan kentongan. Pak Arif selaku RT di sekitarku menceritakan semuanya secara gamblang. Ibu juga berbicara bahwa semua tentang mbah Darmo tidak benar. Ibu membersihkan nama mbah Darmo. Ya, kata Ibu dialah orang yang banyak berjasa untukku. Dia yang membantu biaya kuliahku.

*     *     *
Temaram malam di sekitar bambu menyisakan kabut tipis. Aku lewat dengan santai, semua penduduk kini tidak takut lagi melewatinya ketika malam. Malam ini, aku kemalan pulang karena tadi mampir di rumah Karman, teman dari desa sebelah. Pukul 23.00. aku melenggangkan kakiku.

Tiba-tiba bulu kudukku berdiri mendadak. Angin semilir tampak dingin menusuk-nusuk, bayangan melintas di belakangku cepat. Tidak mungkin ada lagi? tapi, aku masih gemetaran. Aku berada di antara kabut tipis, suasana meremang.

“krosaaak, kreseek, krosaaak!” suara langkah kaki. Aku berlari pontang-panting, dan suara keras terdengar dari arah belakang. Suara yang sangat aku kenal.
“Miooong! Miooong!”
Share this article :

+ komentar + 1 komentar

29 April 2017 pukul 12.40

KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.

KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.


KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.


Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. (Muhammad) Badarudin - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger