Sekarang, Saatnya Mengubah Dunia!

>>>>>> <<<<<< ****** Tidak Ada Yang Gratis DI Dunia, TEBUSANNYA ADALAH PENGORBANAN, KESUNGGUHAN, DAN YANG UTAMA IMAN

Sayur Alang Alang

Senin, 26 September 201117komentar

Sayur Alang Alang
Saat melepas lelahku, setelah menuai hari-hari yang kurangkai indah di setiap celahnya. Aku, mencoba mengingat sebuah kejadian di masa laluku, kejadian apa yang mungkin bisa menciptakan kreatifitas, atau bahkan mungkin bisa memancing sebuah inspirasi.

Saat jariku bingung hendak menari, bibirku tersenyum kecil, sangat simpul. Aku teringat sebuah kisah dalam penggal hidupku…, kisahku saat kelas 2 SMK. Sebuah penggal cerita yang kuingat tiba-tiba
Saat itu…

Sayur Alang Alang

*  *  *
Siang ini, panas begitu menyengat. Hari sabtu, aku pulang dari sekolah, kebetulan sekolahku sangat dekat dengan tempat yang aku tinggali. Di masjid Darussalam. Aku tinggal bersama tiga temanku, menunggu masjid. Yang paling mudah kulakukan adalah terlambat sekolah bagiku tidak masalah. Karena, pagar masjid dan sekolah itu bersatu. Ha..ha..ha.., sangat mudah untuk masuk, apalagi ada pintu rahasia yang bisa kumasuki. Hmmm, kacau juga pikiranku.

Oya, aku tinggal di masjid bersama Agus, Iwan, dan Alimi. Alimi ini mahasiswa, dan yang lain di SMK. Ada juga Samsul, kakak tingkat, tapi kalau ke masjid hanya mampir dan kadang merampok. Ha..ha..
Aku menaruh tasku, aku sudah dapat jatah dari orangtuaku. Harus bekerja serabutan, apa saja. Bahkan, kemarin aku bersama Haidir jadi kuli sehari. Aku kabur dari rumah, karena ada masalah sesuatu hal yang tak bisa kuceritakan.

“Krutuuukk!” suara perutku berbunyai lagi untuk kesekian kalinya. Allah, perutku…, dia protes. Aku sangat kelaparan, uang sudah tidak ada. Aku menuju dapur, minyak di kompor habis, minyak makan juga habis. Kak Alimi sudah pulang ke Sukadana. Aku terduduk di dapur itu, aku bingung mau makan apa hari ini. Lalu, kutatap langit sejenak. Aku mencoba manakar apa kehendak Allah atas hambaNya ini.

Tak ada kata menyerah!

Sampai detik ini, aku masih hidup bukan? Bahkan, aku teringat hari kemarin, makan sekali dengan ikan asin yang tersisa, ditambah nasi. Ikan asin yang tidak di goreng, melainkan direbus saja. Dan hari ini, perutku kembali berbunyi. Aku bangkit, mencoba bergerak, mencari sesuatu yang bisa dimakan. Untuk pertama kali, memasak nasi! Ya, beras masih ada ternyata, tinggal sedikit.

Aku ke belakang, mencari kayu-kayu, kemarin kayunya habis juga. Aku masih mengenakan celana sekolah, mencari kayu-kayu kering, cukuplah tidak usah banyak-banyak. Lalu kubawa ke dapur mungilku, dapur yang hanya ditutupi seng di atasnya, dan di samping hanya ditutupi kayu-kayu yang penuh lubang agar angin tak masuk sembarangan.

Aku menghidupkan api dengan susah payah, mencari blarak dan akhirnya api mulai terbentuk. Aku mengangkat priuk dan memasak nasi. Lalu…, kini mencari lauk. Aku melihat bumbu, hanya tersisa tiga; garam, bawang dan cabai. Aku keluar dan duduk di gerbang belakang masjid, menatap lapangan sepak bola dan lalu-lalang siswa sekolah yang tengah pulang.

Mataku tertuju pada ilalang di samping kananku, tumbuh lebat dan belum sempat kami bersihkan. Ah! Aku punya ide, yang penting makan. Aku sumringah dan kuambil pisau, bersemangat memotongi ilalang daun-daun yang hijau, yang tua kusingkirkan. Aku dapat sebengket sudah, lumayan banyak, jika teman-teman datang, mungkin bisa mencicipi juga, begitu pikirku.

Senyumku simpul, karena kutemukan bayam yang tumbuh liar, walau sangat sedikit. Aku ambil. Kubersihkan di sumur, kucuci hingga bersih. Menyiapkan wajan. Aku mengambil buku, sambil menunggu nasiku matang. Aku membaca sambil sesekali membetulkan api agar cepat matang nasinya.

Ah! Sudah matang rupanya. Aku segera memasang wajan, kuambil sedikit air. Sangat cepat mendidih, aku mengulek bumbu; garam, bawang dan cabai agak banyak, agar pedasnya terasa. Memasukkan bumbu, dan terlihat sudah mematang. Aku memasukkan daun alang-alang dan sedikit bayam yang ketemukan tadi. Nah, tinggal dibolak-balik saja, kutambahkan air, dan kututup wajan itu.

Aku membetulkan kayu-kayu yang terbakar. Aku jadi teringat pesan Rasulullah saw, “Rezeki itu dibagi tiga bagian untuk manusia, yaitu; apa yang telah dipakainya hingga rusak, apa yang dimakannya hingga habis, dan apa yang diinfakkan di jalan Allah,” aku tersenyum, jadi rezeki itu seperti itu ya? Yang di kantong alias uang belum tentu menjadi rezeki kita.

Alhamdulillah! Sudah matang rupanya. Iwan dan Agus sepertinya sedang pramuka, atau ada acara lain sehingga belum pulang. Maklum, mereka pembesar-pembesar di pramuka juga.

Biarlah! Aku makan dahulu, perutku sudah perih. Aku ambil piring, mengambil nasi dan mengambil sayur yang masih hangat itu. Aku duduk di dekat dapur, sambil melihat lalu-lalang manusia, aku pun makan dengan lahap. Alangkah nikmatnya! Perutku seolah berkata, “Terimakasih kawan, aku siap bekerja kembali untuk meningkatkan kekuatanmu!” dan aku lebih nikmat lagi makan.

Selesai makan, aku bersantai sejenak sambil duduk. Dan saat itulah, teman-temanku pulang, bersama kak Samsul kakak tingkatku. Mereka baru pulang acara pramuka sepertinya. Tapi, selain pramuka, mereka juga aktivis Rohis lho…, kalau aku hanya ikut Rohis saja, pramuka ikut sebentar di awal dulu.

“Assalamu’alaikum! Hoe! Ada makanan gak?” biasa, kak Samsul alias perampok itu, ha..ha..
“Wa’alaikumsalam! Ada tuh, tapi seadanya yoo.”
Tanpa pikir panjang, kak samsul dan Iwan langsung mengambil piring dan makan, dan aku tetap duduk saja, menikmati angin siang itu, karena pedas masih terasa di lidahku. Nikmatnya…
Mereka kulihat makan…
Namun, baru beberapa detik, mungkin beberapa kali menelan nasi dan sayur itu. Kak Samsul berteriak.

“Dar! Sayur opo iki?”
“Sayur alang-alang Kak!”
“Woo, gemblung! Pantes lidahku kasap gini, rasanya kasap, perih ngawur!”
“Enak kok Kak, wong aku we entek akeh (habis banyak).”
“Wah, arep mateni uwong yo, sopo seng ajari masak kayak gini.”
Perlu kalian ketahui, kak Samsul ini suka bercanda. Dia tidak pernah marah, apalagi padaku. Jadi, walau marah, mukanya seperti badut.ha..ha..ha…

Namun, bukan itu yang ingin kusampaikan. Aku menatap langit, Allah…, kenapa kau berikan kenikmatan dalam makanku dengan sayur alang-alang itu? Inikah karuniaMu. Sungguh, aku hanya merasakan nikmat. Jika kalian tak percaya, makanlah sayur alang-alang, lidah kalian akan perih karena terkena duri-duri lembut yang melekat di daun ilalang.

Allah…, saat ini aku memang belum memberikan apa-apa padaMu dan kepada orang lain. Aku masih serba kekurangan, untuk makan pun harus seadaanya. Tapi…, aku akan berusaha keras, karena aku tahu, Kau menciptakan aku tidaklah main-main dan sendau-gurau.
Aku diciptakan untuk menjadi rahmat bagi alam semesta…, aku akan berusaha sekuat tenaga untuk membuktikannya. Hingga kini, keyakinan itu sangat kuat merasuki jiwaku…

Dan hari ini…, aku memulai hari kepahlawananku kembali
11 November 2009 (untuk sahabatku, Kak Samsul, Iwan dan Agus serta semua manusia yang ingin menciptakan kepahlawanan dalam dirinya).

badar 
Share this article :

+ komentar + 17 komentar

26 September 2011 pukul 17.41

Blog ku kok elek dw yo..., hehehe, piye ben iso apik, aku ra tlaten nulis, iku wae asal ngopy2 aja, hehehe, yg penting iklane, hehehe

26 September 2011 pukul 23.22

mbok di ganti template, yang bagus banyak,,, iklan mah tambahan bro...he..he..

27 September 2011 pukul 08.49

Subhanallah dalem banget coretannya...
Jadi inget masa-masa yang telah lewat,
Hidup memang perjuangan, nikmat allah juga sebuah misteri.
Kini esok dan nanti amatlah sangat sulit ditebak.

Sebuah nikmat yang amat nikmat untuk kita terkadang takkan senikmat yang mereka rasakan dan juga sebaliknya.

27 September 2011 pukul 09.12

agus = yapz, sepakat, masa depan adalah misteri, masa lalu adalah kenangan, namun hari ini (detik ini) adalah anugerah agar kita menjadi terbaik... amin

27 September 2011 pukul 17.43

tugas selesai, laporan selesai.

28 September 2011 pukul 09.56

kisah alang2mu apik juga? aku entok komisi ga

28 September 2011 pukul 17.15

alag2 terus,
templete dmn yg bagus2..? itu2 aja yg ada

28 September 2011 pukul 17.17

tglnya lupa, kyknya gk perlu di kasih gpp, wong udh otomatis tercantum :)

29 September 2011 pukul 17.37

hI hai.., mana artikel yg lain..?

30 September 2011 pukul 02.01

he..he.., nantikan artikel selanjutnya...

1 Oktober 2011 pukul 00.04

wah alang2 aja bisa di sayur, apa lagi rumput yach.. hehehe tapi ku tahu koq bukan itu maksudnya.. lanjuuuttt

1 Oktober 2011 pukul 08.11

ayo belajar, siplah,,, kasih koment di temen2 yang lain juga ya...

27 Oktober 2011 pukul 10.06

Alang alang melambai

8 Desember 2011 pukul 15.35

Desakan perut emg bsa bkin sglanya jdi nikmat,,,stuju deh klo ada yg blang,,lauk makan terenak adalah rasa lapar...
Kak Badar,,separah itukah masa SMK mu??
he..he..

8 Desember 2011 pukul 16.42

mau cicipin sayur2 alang2nya dong.........pengennnnnn

8 Desember 2011 pukul 17.57

annhee... begitulah kira-kira

Imam, buat sendiri aja di masjid ds

9 Desember 2011 pukul 07.43

hem,,,ternyata lbih berat dari skedar diomeli kepsek...

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. (Muhammad) Badarudin - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger