Disadari atau tidak, seseorang dalam mengerjakan sesuatu itu selalu cepat ketika sudah terdesak. Faktanya, sebagian besar manusia selalu lebih bersungguh-sungguh dalam sesuatu yang bersifat ancaman daripasa bersungguh pada sesuatu yang hendak diraih atau dicita-citakan. Contoh mudahnya adalah, seseorang akan sangat sibuk dan berusaha sungguh-sungguh ketika harus membayar angsuran kendaraannya yang telah melewati jatuh tempo ketimbang berusaha untuk menyiapkan biaya untuk sekolah anaknya.
Wilayah ancaman lebih memiliki tempat dominan dalam pikiran sebagian besar manusia daripada meraih cita-citanya. Ancaman merupakan suatu yang sangat mengganggu, ketimbang meriah harapan di masa depannya. Sebagian besar manusia lebih fokus menghindari kesengsaraan daripada memilih pilihan terbaik untuk masa depannya. Mungkin, dalam wilayah inilah seseorang pekerja di kantor, atau pegawai di sebuah instansi lebih fokus pada kekhawatiran dipecat dan mendapat teguran atas kerjanya ketimbang berpikir dan fokus pada prestasi dan inovasi dalam pekerjaannya, sehingga kontribusinya hanyalah relatif sama dengan para pendahulunya yang sama profesi dan jabatannya.
Kekhawatiran, berpikir was-was, ketakutan gagal lebih mendominasi pikiran manusia ketenangan berpikir untuk produktif dan menemukan inovasi atas kerja-kerjanya. Berpikir tentang perbaikan dalam pekerjaannya, evaluasi atas kinerjanya, ketepatan waktu untuk meraih tujuan-tujuannya, berdoa dan bekerja dengan penuh percaya diri. Sungguh, merekalah orang-orang yang menang sebelum kemenangan sesungguhnay diraihnya.
”Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa, jika mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah. Maka seketika itu juga, mereka melihat kesalahan-kesalahannya.” (QS. Al-A’raf:201).
Seorang muslim dilarang untuk khawatir dan was-was dalam menghadapi masa depannya. Oleh karena itu, wilayah putus asa bukan bagian dari ajaran Islam dan Allah melarangnya, karena orang-orang yang berputus asa dari rahmatNya hanyalah orang-orang yang kafir, yang tidak meyakini keadilan dan rahmatNya. Jadi, mulai saja apapun yang kita usahakan dengan penuh percaya diri dan penuh keyakinan, telaten serta tekun dalam mengerjakannya, mohon keberhasilan dariNya, maka pasti Allah Ta’ala tidak akan membiarkan tangan anda kosong. Ud’uuni astajiblakum, berdoalah, pasti Allah akan mengabulkan. Itulah janji Allah dalam Al-Qur’an.
”Sesungguhnya Allah mencintai salah seorang dari kamu jika mengerjakan sesuatu dikerjakan dengan itqan (sungguh-sungguh).” (HR. Ath-Thabrani, Al-Haitsami dan As-Suyuthi).
Posting Komentar